Accidentally Euro Trip - Berlin, Germany - Meet with the Palestinian Refugee

Perjalanan seminar ke Eropa pada bulan Juni 2017 lalu, bukan hanya menambah wawasan saya terhadap ilmu yang sedang saya kembangkan, namun juga menambah wawasan saya mengenai situasi dan kondisi dari berbagai aspek di negara-negara yang saya kunjungi.
Alhamdulillah setelah selesai dari acara conference yang diadakan di Polandia, saya dan senior-senior saya berkesempatan mengunjungi negara tetangga Polandia, yaitu Jerman!! kami mengunjungi kota Berlin karena berniat untuk melaksanakan shalat Idul Fitri di KBRI Berlin sebelum pulang kembali ke Jepang.
Namun dibalik semua suka cita saya bisa mengunjungi Jerman, yang merupakan negara yang mau banget say akunjungi jika memiliki kesempatan, ada cerita lain yang terselip.
Saat kami tiba pertama kali di Jerman, saat itu merupakan hari terakhir di bulan Ramadhan, tentunya sebagai negara dengan muslim sebagai minoritas tidak terasa suka cita menyambut hari kemenangan di negara tersebut.
Singkat cerita, saat itu kami bertiga sedang jalan-jalan mencari situs-situs wisata yang ada di Kota Berlin, sambil mencari masjid yang dapat kami gunakan untuk menunaikan ibadah shalat magrib. Saat itu kami sedang menuju Charlottenburg Palace, yang merupakan salah satu rekomendasi wisata untuk turis, dan tak disangka di sekitar sana banyak yang menjual kebab halal, alhamdulillah dapat makan dengan tenang. Dan juga ada masjid (jangan dibayangkan masjid seperti di Indonesia yang besar-besar) yang terletak seperti di basement, karena harus turun tangga dulu untuk masuk ke masjid tersebut.

Masjid Ensar Camii

Charlottenburg Palace

Kemudian ketika sudah hampir tiba waktunya untuk waktu magrib, kami masuk ke masjid tersebut untuk shalat magrib kemudian pulang. Namun kunjungan kami tidaklah sesingkat itu!
Ketika saya dan senior saya masuk ke area shalat untuk wanita, ada 3 orang wanita sedang berbincang-bincang dengan menggunakan bahasa arab, dan terhenti ketika kami datang memasuki ruangan tersebut. Dari 3 orang wanita tersbut, 1 diantaranya masih remaja. Kemudian dimulailah perbincangan kami.
Dengan mengunakan bahasa inggris, saya memulai perkenalan diri, dan mereka pun memperkenalkan diri mereka dengan menggunakan bahasa inggris yang terbata-bata. Sayangnya saya sudah melupakan nama mereka 😞 namun saya masih mengingat darimana asal mereka.
Perempuan 1, sudah agak tua, dan bahasa Inggrisnya yang paling lumayan dibandingkan kedua yang lainnya, dia berasal dari Iraq, dan dia berada di Jerman karena mengungsi dari negaranya (saya lupa sudah berapa lama dia di Jerman)
Perempuan 2, sepertinya sebaya dengan perempuan 1, namun perempuan ini tidak terlalu bisa bahasa Inggris, dan dibantu oleh perempuan 1, saya lupa dengan segara informasi dari perempuan 2 ini, namun yang saya masih ingat, dia juga pengungsi di Jerman.
Nah, perempuan 3 ini adalah yang paling muda, yang masih remaja, dia berasal dari Gaza, Palestina. Mendengar darimana asal mereka membuat hati saya gemetar, masha Allah, Allah memberikan saya pengalaman untuk bertemu langsung dengan saudara-saudara seiman saya yang sedang ramai diperbincangkan dunia dan diporak porandakan negaranya oleh oknum-oknum yang tak bertanggung jawab.
Ketika saya memperkenalkan diri saya dari Indonesia, mereka begitu takjub, terutama perempuan 3 yang berasal dari Palestina tersebut. Dia sangat antusias menanyakan banyak pertanyaan kepada saya, bahkan terlihat air muka yang berbeda ketika saya menyebutkan nama Indonesia.
Perempuan 3 tersebut menanyakan kepada saya, bagaimana kondisi muslim di Indonesia? Ada banyak ya muslim di Indonesia? Apakah kamu muslim sejak lahir? Berapa banyak jumlah saudara kandungmu? dll
Kemudian saya pun berbalik bertanya kepada dia;

bagaimana kamu bisa sampai di Jerman? 
"Saya mengungsi, karena desa saya sudah dihancurkan, saya mengungsi kesini bersama ayah, ibu dan saudara-saudara kandung saya"
jadi masih banyak keluarga mu yang lainnya yang masih ada di gaza?
"iya masih banyak, dan teman-teman saya juga masih banyak disana, tidak bisa pergi seperti saya"
kamu tau kabar mereka sekarang gimana?
"saya gak tau kabar mereka gimana, saya gak bisa berkomunikasi lagi dengan mereka"
Kamu berapa bersaudara?
"Saya 12 bersaudara, 5 saudara perempuan, dan 7 saudara laki-laki, yang paling tua, laki-laki usianya 27 tahun, ini sebentar lagi mamah saya datang dengan kakak perempuan dan adik-adik saya"
(dalam benak saya, what? paling mudah 27 tahun, mashaallah, berarti ibunya kurang lebih seumuran dengan mamah saya)
Kalau kamu umurnya berapa?
"18 tahun, adik saya yang paling kecil masih 3 tahun"
Banyak banget yaa 12 bersaudara...
"itu biasa banget di Palestina, malah teman saya 20 bersaudara"
Mashaallah...
"kamu gak kesepian cuma 3 orang bersaudara?"
alhamdulilah nggak, karena di Indonesia sekarang jumlah anak 2-3 orang, gak kayak orang dulu yang bisa sampai 9 atau belasan orang.
Kamu disini sekolah?
"iya saya disini sekolah, (setaraf SMA) karena itu program pemerintah"
Kamu bisa bahasa Jerman?
"cuma sedikit banget, disekolah pakai bahasa jerman, saya disini baru 1 tahun, kakak perempuan saya yang sudah jago bahasa jermannya dibanding saya"
Enak gak sekolahnya? Kamu seneng tinggal disini?
"Nggak enak, dan gak seneng. Saya sering diolok-olok oleh teman-teman saya di sekolah kenapa pakai kerudung,dll"
kamu punya banyak teman jerman?
"cuma 3 orang teman yang saya punya"

Ketika dengan asik bercakap-cakap, tiba-tiba ibu,kakak dan adik-adiknya datang, dan dia memperkenalkan saya kepada ibunya. Dengan mata berkaca-kaca ibunya memeluk saya dengan sangat erat, erat banget, mungkin pelukan yang lebih erat kedua setelah pelukan dari mamah saya.
dan ibu itu pun bertanya pertanyaan yang sama kepada saya bagaimana kondisi muslim di Indonesia? Ada banyak ya muslim di Indonesia? Apakah kamu muslim sejak lahir? Berapa banyak jumlah saudara kandungmu?
Masyaallah..mereka sangat antusias dengan kondisi muslim di Indonesia, seperti terselip nada harapan akan muslim-muslim di Indonesia.






yang bikin tambah merinding gak cuma tau mereka berasal darimananya aja, tapi kekhusyukkan mereka ketika berdoa disaat adzan berkumandang. Selama saya hidup, baru kali itu saya melihat orang-orang yang berdoa sangat khusyuk, literally sangat khusyuk, ketika adzan berkumandang. Padahal sebelumnya sedang asyik mengobrol, kemudian langsung berubah total. Merinding pakai banget, mashaaallah, bagai kena tamparan. Pengalaman yang sering saya tau biasanya orang berpuasa ketika mendengar adzan, berdoa berbuka puasa sekenanya, kemudian langsung menyantap hidangan yang tersedia. (ya atau lingkungan saya saja ya yg kayak gitu, sedangkan yg lainnya sangat khusyuk berdoa ketika adzan berkumandang).

Comments

Popular Posts